Progresi Matematis Tentang Perasaan
Perasaan meminta semuanya. Ia meminta jarak yang dekat ketika hati terlampau jauh. Ia meminta waktu yang lama ketika pertemuan begitu cepat. Ia meminta kenyataan ketika semua tentangnya masih sebatas bayang
Memangnya, perasaan itu apa, sih? Kalau kita mencari pengertiannya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perasaan memiliki dua pengertian yang mungkin bisa kita ambil, yang pertama adalah kesanggupan untuk merasa atau merasai, dan yang kedua adalah pertimbangan batin (hati) atas sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa, di luar segala hal yang kita rasakan dalam hati, semuanya bersifat kuantitatif, it is based on our heart, and it can not be calculated. Tapi, mungkinkah kita mendefinisikan perasaan (terhadap sesorang, misalnya) dalam sebuah permodelan matematika? Mari kita coba!
Mari kita asumsikan menggunakan kisah yang terdapat pada relief Candi Prambanan, kisah tentang Rama dan Shinta, tapi dalam jagat yang akan kita buat, kisahnya akan sedikit berbeda. Rama dan Shinta ditakdirkan bersama, weton mereka adalah Tinari, kecocokan yang diberkahi, artinya, apapun yang Rama atau Shinta lakukan, apapun yang mereka pikirkan, mereka telah ditakdirkan bersama. Namun, mari kita anggap kedua orang ini adalah manusia biasa, yang juga bisa dilanda overthinking. Suatu hari, Shinta sedang pergi berjalan-jalan ke negeri tetangga sendirian, tanpa didampingi pengawal atau dayang-dayangnya. Shinta tak pulang, untuk waktu yang lama. Rama menjadi galau, kepikiran kabar tentang Shinta. Kepalanya penuh dengan segala hal tentangnya. Rama menjadi rindu, perasaannya terhadap kekasihnya begitu menggebu-gebu. Tapi seberapa besar?
Perasaan yang dimiliki oleh Rama kita anggap dipengaruhi oleh dua hal, yaitu dari diri dan hatinya sendiri, yang disimbolkan dengan a, dan asumsinya tentang Shinta, yang kita anggap saja sebagai b. Karena perasaan berubah-ubah terhadap waktu, maka kita dapat memodelkan perasaan Rama terhadap Shinta (sekalian perasaan Shinta terhadap Rama, “seandainya” terbalas) menjadi sistem persamaan differensial berikut ini:
Rdot dan Sdot (Huruf R dan S dengan titik kecil di atas) menunjukan turunan pertama dari fungsi perasaan Rama dan Shinta, karena seperti yang kita tahu (Kita? Hahahahaha), segala persamaan yang nilainya berubah-ubah terhadap suatu variabel, seperti waktu, panjang, kesan, dan sebagainya, dapat kita notasikan dalam bentuk turunan, dalam hal ini perasaan yang dimiliki oleh Rama dan Shinta fluktuatif seiring bertambahnya waktu. Sementara huruf a, b, c, dan d menunjukkan notasi pengaruh dari dirinya sendiri dan pasangannya. Misalnya, jika a bernilai positif, artinya semakin besar kerinduan Rama, maka perasaannya akan semakin besar, atau jika b bernilai negatif, maka perasaan yang dimiliki Shinta (berdasarkan asumsi Rama) akan membuat perasaan yang dimiliki Rama akan berbanding terbalik, hal ini bisa terjadi ketika Rama tidak terlalu yakin apakah respon perasaan Shinta memang nyata, atau hanya bercanda (Yok Rama yok, bisa yook!).
Nah, setelah kita tahu persamaannya, maka kita bisa melakukan simulasi berdasarkan kemungkinan nilai dari a, b, c, dan d. Agar mudah dipahami (mudah dari Hongkong!), kita ubah persamaan di atas menjadi bentuk vektor, yaitu
Sebuah persamaan yang begitu sederhana bukan, mengingat merindukanmu aku harus menyingkirkan pikiran-pikiran rumit tentangmu (Ini kata Rama untuk Shinta, lho, bukan kata saya). Nah selanjutnya, kita hanya perlu fokus pada matriks berukuran 4x4 (bentuk kurung tegak yang berisi angka atau huruf atau notasi itu namanya matriks, siapa tahu kalian bingung), karena dari variabel-variabel inilah, perasaan Rama (R) dan Shinta (S) akan menentukan bagaimana hubungan mereka kelak.
Pembicaraan tentang perasaan ini belum selesai. Dan, perasaan yang berbalut rindu tidak akan pernah selesai. Kita lanjutkan di lain kesempatan, untuk sekarang mari kita biarkan Rama meromantisasi perasaan rindunya yang begitu dalam kepada Shinta, yang saat ini begitu sulit digapai.
tbc