Sitemap

Jadilah Menyenangkan Seperti Katamu

2 min readJun 25, 2025

… meminta maaf kepada hati kita sendiri dan dengan ikhlas memaafkannya, atas segala salah yang pernah singgah dahulu, atas segala patah dari setiap ekspektasi yang berlalu.

Memaknai kata pulang bukan hanya perihal berpindah dan melipat jarak, bukan hanya pergi membawa tubuh ini dari tempat asing ke tempat yang selalu punya memori indah. Pulang juga bukan hanya perihal hati riang menunggu akhir pekan, lantas membawa kaki ini melangkah di antara langkah kaki lain di antara tangga, jembatan penyeberangan, juga lorong bus sembari berhimpitan dengan pedagang asongan yang berlalu lalang.

Press enter or click to view image in full size
Shiraz .namazi bus terminal
Photo by kasra monem on Unsplash

Mungkin, pulang juga bisa dimaknakan sebagai mengunjungi ruang di hati kecilmu, lalu meminta maaf kepada hati kita sendiri dan dengan ikhlas memaafkannya, atas segala salah yang pernah singgah dahulu, atas segala patah dari setiap ekspektasi yang berlalu.

Pulang juga bisa diartikan tentang kembali pada lubang dengan palang-palang. Berbaring dengan balutan kain panjang dan segalanya yang telah hilang. Meninggalkan semua yang tersayang, menuju kehidupan abadi tak terbilang.

Bahwa pulang adalah perjalanan sunyi yang seringkali tak kita sadari. Ia tak selalu bersuara, terkadang berbisik pelan, bahkan tak pernah berteriak kencang. Ia kerap hadir dalam setiap helaan nafas yang letih, pada jejak-jejak langkah kaki yang gontai, atau dalam tatapan kosong yang tiba-tiba basah.

Pulang tak mesti soal memilih jalan yang akan kita tempuh, tapi tentang tujuan dan apa yang kita bawa bersamanya, penyesalan yang tak pernah selesai, rindu yang tak sempat disampaikan, atau kenangan yang terlipat rapi dalam ingatan. Dalam perjalanannya, barangkali kita akan belajar bagaimana merangkai kembali puing-puing diri kita yang berserakan karena dunia, serta menenangkan luka-luka yang berteriak tanpa suara. Pulang adalah tempat segala yang rumit menjadi sederhana, segala yang keras menjadi lembut, yang fana menjadi abadi, dan yang hilang akhirnya punya alasan untuk kembali. Meski hanya lewat do’a, harapan, mengenang, ataupun membawa kaki mungilmu melangkah setapak demi setapak, pulanglah.

Press enter or click to view image in full size
film photo (zenit 11)
Photo by Viktoriya on Unsplash

Pulanglah, pada hati yang kerap merindu, pada rumah, pada kursi, pada pohon-pohon, kucing kesayangan, kamar yang berantakan, meja makan yang ramai, atau pada sahabat yang hanya bersamanyalah kau merasakan kehangatan. Pulanglah.

--

--

Fahrizal
Fahrizal

Written by Fahrizal

Sarana “Serius Dikit” Fahrizal

No responses yet