Catatan Busuk

Fahrizal
2 min readOct 31, 2023

--

Photo by Maria Teneva on Unsplash

Sekitar 10 tahun yang lalu, di halaman rumah saya terdapat pohon mangga yang menjulang tinggi, begitu rimbun hingga saat siang, bayangannya hampir menutupi seluruh permukaan halaman. Kalau sedang musim berbuah, biasanya ada beberapa orang yang menawarkan untuk memanen dan membeli seluruh buah yang mulai dan sudah matang. Dan, beberapa buah sudah terkelupas sebab dimakan kelelawar di malam sebelumnya.

Biasanya, buah-buah yang sudah matang, entah itu yang masih dalam kondisi bagus, sebagian dimakan kelelawar, atau sebagiannya mulai membusuk, akan jatuh dan bertebaran di halaman. Untuk mangga dengan kondisi yang masih bagus, biasanya akan kami simpan untuk dikonsumsi nantinya. Dan, dua kondisi yang saya sebutkan terakhir, ada perlakuan khusus yang diajarkan oleh Ibu. Buah mangga yang hanya sebagian kecil busuk, olehnya akan dibuang bagian yang busuk saja, tentu saja dengan memeriksa bagian buah yang lain. Perlakuan yang sama juga diaplikasikan pada mangga sisa kelelawar.

Hari ini, di sini, perlakuannya begitu berbeda. Orang-orang lebih memilih membuang buah yang busuk, tidak peduli apakah masih ada bagian yang masih bisa dimakan atau tidak. Buah-buah yang sebagian kecil dimakan kelelawar, mereka biarkan tergeletak di atas tanah. Ketika memilih untuk membuang sebagian kecil saja yang busuk atau bekas kelelawar, entah kenapa hal itu merupakan sesuatu yang aneh.

Ya. Itu saja.

Barangkali sebagai penutup, saya akan memakai kalimat yang cukup sering muncul di media sosial:
“Namun, cerita ini semua bukan tentang buah mangga yang busuk atau sisa bekas kelelawar.”

--

--

Fahrizal
Fahrizal

Written by Fahrizal

Sarana “Serius Dikit” Fahrizal

No responses yet