Sitemap

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya

3 min readSep 17, 2025

What are you looking so miserable about? There’s a whole ocean of oil under our feet! No one can get at it except for me.
— Daniel Plainview (There Will Be Blood)

Press enter or click to view image in full size
Photo by Will Dutton on Unsplash

Beberapa waktu belakangan ini, saya mulai mencoba menyeduh kopi kembali. Membeli beberapa biji kopi arabika dari beragam roastery, hingga menemukan satu roastery yang cukup saya sukai, kita sebut saja roastery S. Setelah saya lihat di media sosialnya, juga pada kanal lokapasarnya, roastery S ini juga mulai cukup dikenal banyak pecinta kopi, begitupun di forum diskusi grup Facebook. Pembelian meningkat, meskipun harganya yang cukup tinggi dibandingkan dengan roastery lain. Review-nya juga baik, bahkan saya tak menemukan review jelek satupun.

Namun, beberapa hari belakangan, suplai biji kopinya mulai menipis. Banyak varian biji juga mulai kosong, meskipun salah satu variannya yang banyak dibeli masih ada. Setelah saya cari tahu, beberapa roastery juga mengalami kendala serupa. Perlu saya jelaskan, tak banyak roastery yang memilih berbisnis dalam kolam ini, mungkin bisa dihitung jari. Biji kopi arabika, kualitas spesialti, dan hasil roasting-an yang sangat bagus. Kualitas ini memang mulai diminati akhir-akhir ini, tapi tak sebanyak di luar negeri.

Yang lucu adalah, ada satu roastery yang mengklaim kalau stok biji kopi mereka masih banyak, kita sebut saja roastery P. Dulu, saya juga sering membeli biji kopi dari roastery ini, kualitasnya juga cukup bagus, dengan harga yang tidak lebih mahal daripada roastery S tentunya, meskipun seiring berjalannya waktu, kualitasnya semakin menurun, hingga kadang merusak cita rasa hasil seduhan. Makanya, demi menjaga suasana hati, lebih baik beralih ke roastery S meskipun harganya lebih mahal.

Di lokapasar, penjualan roastery P masih konsisten, apalagi dengan kelangkaan biji kopi, berimbas pada roastery lain yang tidak bisa memproduksi biji kopi yang sudah diroasting. Hingga pada suatu waktu, roastery P mengumumkan di media sosialnya jika orang-orang ingin membeli biji kopi, bisa membeli ke roastery P, bahkan, jika roastery kehabisan stok biji kopi, mereka dianjurkan membeli ke roastery P. Usut punya usut, entah sejak kapan, ternyata setiap roastery yang ingin menjual biji kopi yang sudah diroasting, diharuskan membeli green bean-nya dari roastery P. Lantas, kenapa kualitasnya berbeda jauh? Sebab, kemampuan me-roasting biji kopi ditentukan oleh pengalaman manusia di belakangnya, di mana roastery S dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman, memiliki sertifikasi yang sesuai, dan tentu saja menguasai bidang yang dia pegang. Sementara roastery P? Entahlah, mungkin di sana hanya ditempati orang-orang culas, licik, dan hanya menjadikan kami pecinta kopi sebagai sapi perah bisnis mereka.

Press enter or click to view image in full size
Photo by Enlightening Images on Unsplash

Per hari ini, saya belum memeriksa kembali ketersediaan biji kopi di roastery S. Bukan karena jual mahal, atau sok berpaling muka pada biji kopi kualitas rendah, namun, untuk apa kita membeli produk dari sebuah entitas bisnis yang tak becus dalam mengelola roastery-nya? Pemiliknya yang gemar foya-foya, menipu pecinta kopi dengan mengatakan kualitas spesialti padahal sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar “tampak” spesialti? Setidaknya, dalam kondisi yang akhir-akhir ini mencekam, saya bisa merasakan sedikit kebahagiaan dalam tiap seduhan, meskipun pada akhirnya, hal kecil ini jugalah yang mereka renggut. Bajingan memang.

Untungnya (hidup harus tetap berjalan), hal ini hanya terjadi pada kopi. Bayangkan jika hal ini terjadi pada komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti listrik atau bahan bakar. Jika dimonopoli, dan dikelola oleh orang-orang inkompeten, kemungkinan besar akan terjadi kerusakan. Mismanajemen, padahal tak ada kompetitor, masih rugi pula. Setidaknya, distopia ini tak terjadi di sini. Tidak mungkin, kan, pengelolaan sumber daya yang menyangkut seluruh lapisan masyarakat dikelola secara buruk? Pasti dibalik perusahaan raksasa milik negara ini ada orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing, yang mendapatkan jabatannya berdasarkan merit. Transparan, dan tentu saja tidak membebani negara. Meskipun ada gempuran kompetitor swasta, mereka pasti tetap menjadi pilihan utama karena kualitas dan layanannya yang sangat memuaskan, bahkan menjadi percontohan bagi negara-negara lain, tak salah memang, sebab kita ini bangsa yang besar, kan?

Ya, kan?

Sebelum ditutup, saya hanya ingin mengingatkan bahwa apa yang saya tulis hanya tentang kopi, bukan yang lain.

Oh, ya?

--

--

Fahrizal
Fahrizal

Written by Fahrizal

Sarana “Serius Dikit” Fahrizal

No responses yet